Syahruddin Dorong Hadirnya Sekolah Inklusi Untuk Penyandang Disabilitas DI Masing-Masing Kecamatan Yang Ada
PENAJAM-Melihat letak geografis Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang memiliki luas administrastif 3.333,06 km2, memiliki empat kecamatan, 24 kelurahan dan 30 desa, jarak yang cukup jauh inilah yang saat ini menjadi kendala bagi para penyandang disabilitas yang ada di PPU, sebab posisi Sekolah Luar Biasa (SLB) dari tingkat SD, SMP dan SMA hanya ada di wilayah Kecamatan Penajam saja, sehingga penyandang disabilitas di tiga wilayah lainnya yaitu Waru, Sepaku dan Babulu kesulitang untuk mengakses sekolah tersebut karena terpaut jarang yang sangat jauh. Mengerti akan keresahan tersebut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) PPU Syahruddin M Noor mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) PPU untuk segera membentuk sekolah inklusi, yang mana sekolah ini adalah sekolah umum biasa namun dapat menerima siswa penyandang disabilitas untuk bersekolah di sana.
“Sebenarnya saudara-saudara kita penyandang disabilitas itu bisa saja berbaur dengan siswa normal lainnya, kalau hanya bergaul dengan komunitasnya sendiri agak susah berkembang, kalau di SLB kan itu-itu saja siswanya, maksud saya untuk saudara kita penyandang disabilitas yang masih bisa bergaul dititip saja di sekolah formal, mereka inikan butuh berkembang, butuh terbangun IQ nya mental dan spiritualnya itu kan harus ada komuitasnya biar bisa berkembang, olehnya ada wacana membanbgun sekolah inklusi, sehingga disabilitas tidak terkonsentrasi di SLB saja, tapi bisa dititip di sekolah-sekolah umum,” usul Syahruddin.
Sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah inklusi nantinya harus memiliki guru-guru yang berkompeten dan terlatih dalam hal mengajar siswa disabilitas, dan diharapkan sebelum dibuka sekolah inklusi para pengajarnya sudah harus disiapkan terlebih dahulu, agar tidak ada kendala pada saat proses belajar mengajar.
“Mengenai pengajarnya nanti tergantung, apakah direkrut, atau seperti apa sifatnya pasti kami mendorong yang sifatnya begitu, , kita harus edukasi mereka, kita harus memberi pembelajaran terbaik bagaimana bisa tumbuh kemandirian itu,” tambahnya.
Dan juga diharapkan di setiap kecamatan yang ada di PPU harus ditetapkan sekolah mana yang pantas untuk menjadi sekolah inklusi, dengan melihat aspek jarak tempuh serta kelengkapan sarana dan prasarananya, sehingga semangat untuk mendidik penyandang disabilitas menjadi pribadi yang mandiri bisa terwujud.
“Karena tidak mungkin saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan itu ditinggal, dan kami berharap sekolah inklusi bisa tersedia di setiap kematan yang ada,” harapnya.(ADV)